konstruksi
28 Juli 2024
Ditulis Oleh Semen Merah Putih

Sloof: Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Metode Pengerjaannya

Sloof adalah elemen penting dalam suatu konstruksi bangunan yang terletak di atas pondasi. Simak informasi lengkap seputar sloof melalui artikel ini!

sloof adalah

Dalam proses pembangunan konstruksi, perencanaan yang teliti adalah hal yang utama. Selain memilih bahan bangunan yang sesuai, Anda juga harus memikirkan tentang komponen penting apa saja yang tidak boleh terlewatkan, salah satunya sloof. Sloof adalah struktur konstruksi bangunan yang memiliki fungsi penting terkait dengan kekokohan bangunan.

Istilah sloof mungkin belum familiar bagi sebagian orang. Namun, sloof sering kali digunakan dalam industri konstruksi. Oleh karena itu, simak uraian lengkap mengenai sloof berikut ini.

Apa itu Sloof?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sloof adalah sebuah bangunan yang terletak di atas pondasi konstruksi. Namun, tidak jarang pula posisi sloof terletak di dalam tanah.

Sebutan lain dari sloof adalah balok alas karena letaknya di dasar dinding atau balok bangunan. Tugas dari balok sloof adalah untuk menghubungkan dinding dan pondasi agar kekuatan serta stabilitas struktur bangunan secara keseluruhan tetap terjaga.

Material sloof bangunan adalah kayu, beton, dan baja. Material ini disesuaikan dengan kebutuhan dan rancangan struktur pada konstruksi. Letak sloof bangunan adalah sejajar dengan tanah atau lantai dasar. Ukurannya sering kali lebih besar daripada dinding atau balok yang didukungnya.

Jenis-Jenis Sloof

Secara umum, terdapat empat jenis sloof. Setiap jenisnya memiliki fungsi dan kelebihan yang berbeda-beda untuk suatu proyek pembangunan konstruksi. Adapun jenis-jenis sloof adalah sebagai berikut.

1. Sloof Beton Bertulang

Sloof beton bertulang biasanya digunakan di atas pondasi sebuah bangunan satu atap, seperti gedung dan rumah yang nantinya tidak bertingkat. Sloof ini memiliki ukuran tinggi atau lebar yang lebih dari 15-20 cm.

2. Sloof Kayu

Jenis sloof berikutnya adalah sloof kayu. Sloof kayu biasanya akan memerlukan sebuah balok pengapit. Namun, jika sloof kayu ditempatkan di atas area pondasi lajur yang berbahan dasar beton atau batu, maka lebih baik menggunakan balok tunggal.

Jenis sloof ini biasanya digunakan pada pembangunan rumah adat atau tradisional dengan bahan dasar kayu, contohnya rumah panggung.

Baca juga: 3 Keunggulan Bata Ringan Sebagai Bahan Bangunan

3. Sloof Batu Bata

Sloof batu bata disebut juga dengan rolag. Proses pembangunan strukturnya tentu menggunakan batu bata dengan penyusunan yang melintang. Sloof batu bata biasanya akan diberi sebuah pengikat yang kuat. 

Pengikat tersebut terbuat dari campuran adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:4. Namun, sloof batu bata ini memiliki kekurangan yaitu tidak dapat mendistribusikan beban dengan baik. Hal ini karena sifat batu bata yang lembap.

4. Sloof Besi

Jenis sloof yang terakhir adalah sloof besi. Besi sloof adalah jenis sloof yang terdiri dari beberapa bahan dasar yaitu besi, cincin, dan tulangan. Ketiga bahan dasar yang diperlukan dalam sloof besi tidak bisa dibuat dengan sembarangan karena komposisi harus tepat.

Fungsi Sloof

Dalam pembangunan konstruksi, sloof memiliki fungsi yang krusial. Adapun beberapa fungsi sloof adalah sebagai berikut.

  • Menempelkan komponen batu bata atau batako.
  • Menahan beban komponen lain di atasnya dan membantu komponen di bawahnya yakni pondasi.
  • Mengunci bagian dinding yang ada di atasnya agar tidak terjadi pergeseran.
  • Sebagai jembatan antara dinding dengan struktur pondasi.
  • Membantu agar bagian dinding memperoleh beban secara merata.
  • Mengikat kolom agar bangunan tetap aman dan kokoh meskipun terjadi bencana.
  • Memperindah bangunan konstruksi.
  • Menopang dinding interior dan eksterior.
  • Sebagai penghubung tiang-tiang pancang yang dibangun supaya bangunan dapat ditopang.
  • Untuk mengalirkan beban vertikal ketika terjadi penurunan.

Metode Pengerjaan Sloof

Pembuatan struktur sloof harus dikerjakan dengan hati-hati dan benar. Sangat tidak dianjurkan membuat sloof secara asal-asalan karena bisa berbahaya untuk keselamatan pengguna bangunan. 

Oleh karena itu, prosesnya harus sesuai dengan standar keselamatan yang telah ditentukan. Adapun metode pengerjaan sloof adalah sebagai berikut.

1. Buatlah Anyaman Sloof

Lakukan proses ini setelah pondasi selesai dicor atau dibangun. Kemudian, buatlah anyaman sloof di atas pondasi agar besi bisa langsung masuk ke tiang kolom yang telah dibuat. Biasanya, besi yang digunakan berukuran 8 mm ke atas. Namun, jika ingin mendapatkan hasil sloof lebih kuat, maka gunakanlah besi untuk anyaman dengan ukuran yang besar.

2. Membangun Papan Bekisting

Papan bekisting nantinya digunakan untuk sanggahan sloof. Biasanya, diperlukan dua papan bekisting dan kayu kaso yang disatukan. 

Ukuran lebar papan bekistingnya disesuaikan dengan bata yang akan dimasukkan ke dalamnya. Saat proses pemakuan papan bekisting, biasanya para tukang akan langsung mengambil bata-batanya. 

Setelah itu, tempatkan papan bekisting di atas fondasi mengelilingi besi sloof yang sudah dibuat agar cor beton bisa menutupi besi sloof. Selain itu, untuk mengatur posisi papan bekisting sloof, lebih baik gunakanlah papan kaso. Sedangkan, untuk menutup celah cor sloof agar tidak keluar Anda bisa memanfaatkan kertas bekas pembungkus semen.

Baca juga: 5 Bahan Bangunan Untuk Konstruksi Tahan Gempa

3. Membuat Cor Beton

Takaran perbandingan cor beton yang akan dibuat biasanya 1:2:3 untuk semen, pasir, kerikil, dan tambahan campuran air di dalamnya. Tekstur beton harus encer agar celah-celah sloof bisa terisi sempurna sehingga permukaannya halus. 

Kemudian, masukkanlah cor ke papan bekisting, lalu diketuk-ketuk dengan palu. Ratakan isian cor dengan cara ditusuk-tusuk menggunakan besi dan diamkan selama 1-3 hari. Setelah itu, papan bekisting dapat dibuka dan dilihat hasilnya.

Perbedaan Sloof dan Tie Beam

Dua komponen ini memang sering membingungkan, padahal sangatlah berbeda. Meskipun begitu, sloof dan tie beam sama-sama memiliki fungsi yang penting dalam konstruksi bangunan.

Keduanya berperan dalam memastikan kestabilan dan keamanan bangunan. Namun, keduanya juga memiliki beberapa perbedaan. Adapun perbedaan tie beam dan sloof adalah sebagai berikut.

  • Sloof memiliki peran dan fungsi sebagai balok penyangga untuk menyeimbangkan beban vertikal dan menghubungkan kolom dan dinding dengan pondasi. Sedangkan, tie beam berfungsi menstabilkan dan menghubungkan kolom-kolom pada tingkat atas bangunan untuk mengatasi beban lateral.
  • Sloof ditempatkan di atas permukaan tanah dan dipasang di sepanjang tepi atas atau bawah dinding bangunan. Sedangkan, tie beam berada di sekitar tingkat atas bangunan, di atas atau antara kolom dengan membentang dari satu kolom ke kolom lainnya.
  • Proses pemasangan sloof meliputi tiga langkah, yaitu pembuatan anyaman sloof, papan bekisting, dan cor beton. Sementara itu, proses pemasangan tie beam melibatkan penggunaan sekrup, pengikat, dan proses pengelasan yang bergantung pada jenis bahan tie beam.

Itulah beberapa informasi tentang sloof, mulai dari pengertian, jenis, fungsi, metode pengerjaan, dan perbedaannya dengan tie beam. Dari informasi di atas, Anda menjadi lebih paham betapa pentingnya keberadaan sloof dalam konstruksi bangunan yang berkelanjutan.

Setelah ini, Anda dapat memperkirakan perencanaan sloof dalam konstruksi yang akan dibangun. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan memilih material konstruksi yang tepat.

Semen Merah Putih bisa menjadi solusi yang inovatif bagi permasalahan Anda. Sebagai produsen bahan bangunan yang terpercaya, Semen Merah Putih menyediakan berbagai macam produk-produk yang berkualitas. Produk-produk tersebut mulai dari beton pracetak, ready mix, hingga produk semen curah.

Segera hubungi kontak ini untuk mendapatkan informasi selengkapnya. Jadi, pilih dan gunakanlah material konstruksi dengan mutu yang terjamin kualitasnya bersama Semen Merah Putih.

Baca juga: 3 Keuntungan Menggunakan Beton Pracetak

Bagikan
X

Artikel Terkait