Estetika interior bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kenyamanan tinggal di rumah. Ada satu hal yang perannya tak kalah penting, yaitu kelancaran sirkulasi udara. Hal ini dipengaruhi oleh pengaturan ruang luar, termasuk penerapan aturan garis sempadan bangunan. Bahkan, aturan ini juga harus diperhatikan guna mencegah konflik antartetangga.
Anda penasaran mengenai apa itu garis sempadan bangunan? Artikel ini akan memaparkan definisi, fungsi, aturan, dan cara menghitung garis sempadan bangunan. Agar dapat menerapkannya dengan baik, simak penjelasan lengkapnya sampai tuntas, ya!
Apa Itu Garis Sempadan Bangunan?
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah jarak minimal yang harus dijaga antara bangunan dan batas lahan, terutama jika lahan tersebut berbatasan langsung dengan fasilitas umum, seperti sungai, jalan raya, atau rel kereta. GSB dihitung dari batas terluar ruang milik jalan (rumija) sampai batas terluar muka bangunan.
Sederhananya, Anda tidak dibolehkan mendirikan bangunan permanen pada area yang masuk dalam GSB. Secara umum, GSB berperan penting dalam menunjang terciptanya lingkungan yang aman, nyaman, teratur, dan estetis.
Aturan ini penting dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, seperti pemilik lahan, arsitek, kontraktor, developer, maupun petugas dari dinas tata ruang.
Perlu dipahami juga bahwa GSB bukan hanya berkaitan dengan jarak bangunan dan batas lahan, tapi juga meliputi komponen-komponen berikut:
- Tinggi bangunan: Batas ketinggian bangunan supaya pandangan dan sirkulasi udara lancar.
- Luas lahan: Luas lahan minimum yang dibutuhkan untuk mendirikan bangunan.
- Koefisien Lantai Bangunan (KLB): Perbandingan luas lantai bangunan dan luas lahan.
- Persyaratan setback: Jarak minimum antara bangunan dan batas lahan depan, samping, serta belakang.
Fungsi Garis Sempadan
Sebelumnya telah disebutkan bahwa GSB berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Untuk mencapai kondisi tersebut, garis sempadan bangunan mampu menjalankan sejumlah fungsi berikut:
1. Menciptakan Batas Aman di Sekitar Bangunan
GSB memberikan batas ideal antara bangunan dengan batas lahan atau fasilitas umum. Batas ini bisa berperan sebagai ventilasi alami, menjaga privasi pengguna, dan mencegah konflik antara pemilik lahan.
2. Menjaga Bangunan dari Kondisi Pasang Surut Sungai
Sebuah bangunan yang berdiri di tepi pantai atau sungai tentu membutuhkan perlindungan ekstra, terlebih saat terjadi peningkatan debit air. Dengan adanya GSB yang mengatur jarak bangunan dengan tepi air, maka risiko kerusakan akibat gelombang pasang, abrasi, atau banjir bandang bisa dihindari.
3. Mencegah Bahaya Akibat Korsleting
GSB memungkinkan bangunan tidak berdempetan satu sama lain. Kondisi ini bisa mengurangi risiko penjalaran api saat terjadi kebakaran, baik karena korsleting listrik, kompor meledak, atau aktivitas api terbuka, misalnya pembakaran sampah liar dan penggunaan tungku tradisional.
4. Meminimalkan Risiko Kecelakaan
Fungsi yang satu ini lebih mengarah pada bangunan yang berada dekat dengan jalan raya. Dengan menerapkan aturan Garis Sempadan Bangunan, bangunan akan memiliki jarak yang cukup dengan jalan sehingga tidak menghalangi pandangan pengemudi atau menghambat pejalan kaki. Hal ini akan sangat membantu dalam pencegahan kecelakaan.
5. Menyediakan Akses Darurat
Saat terjadi kebakaran, jalur evakuasi sangat dibutuhkan sebagai akses pengguna agar bisa menyelamatkan diri dengan cepat dan aman. Selain itu, penerapan GSB yang tepat juga akan memudahkan mobil pemadam kebakaran untuk mencapai titik kebakaran secara efektif.
Baca juga: 7 Desain Ventilasi Kamar Mandi Agar Sirkulasi Udara Terjaga
Aturan Mengenai Garis Sempadan
Dasar hukum yang memuat peraturan garis sempadan bangunan yaitu Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.441 Tahun 1998 tentang persyaratan teknis bangunan gedung.
Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2002, dijelaskan bahwa garis sempadan bangunan merupakan garis yang membatasi jarak bebas minimum dari sisi terluar sebuah massa bangunan terhadap batas lahan yang dikuasai.
Kedua dasar hukum di atas menyebutkan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi untuk menerapkan aturan GSB, antara lain:
- Bidang terluar dari dinding rumah tidak boleh melewati batas pekarangan yang telah ditetapkan.
- Fondasi atau struktur bangunan terluar harus berjarak minimal 10 cm ke arah dalam dari batas bangunan.
- Jika sebelumnya dinding bangunan Anda menyatu dengan bangunan tetangga dan suatu kali ingin melakukan renovasi bangunan, Anda perlu membuat dinding pembatas di sebelah dinding utama terlebih dahulu.
- Pada hunian yang berjarak rapat atau tidak dipisahkan oleh jarak bebas di samping, pastikan jarak bebas di belakang sekurang-kurangnya setengah dari garis sempadan di bagian depan bangunan.
- Komponen struktur harus ditempatkan dengan mengikuti standar tinggi bangunan supaya tata letaknya lebih teratur.
Dengan adanya aturan yang tegas, maka siapa saja yang melanggar aturan GSB harus menerima sanksi. Beberapa bentuk sanksi yang biasa diberikan antara lain pemberhentian proses pembangunan sampai terjadi perbaikan, penetapan denda administratif, hingga pembongkaran bangunan pada pelanggaran yang teramat serius.
Baca juga: Berapa Tebal Dinding Rumah yang Tepat? Ketahui di Sini!
Cara Menghitung Garis Sempadan yang Benar
Dalam mengukur atau menghitung garis sempadan bangunan, Anda bisa menggunakan jalan di depan area proyek sebagai acuan.
Catat, besaran GSB adalah setengah dari lebar jalan. Contohnya, kalau lebar jalan 16 meter, maka GSB-nya 8 meter. Jadi, Anda hanya boleh mendirikan bangunan dengan jarak terluar 8 meter dari tepi jalan. Untuk mempermudah Anda memahaminya, berikut ini adalah standar GSB pada beberapa jenis bangunan:
- GSB pada area perumahan adalah sekitar 3–5 meter.
- GSB pada rumah hook (rumah yang terletak di sudut atau ujung blok perumahan) ditentukan dari sisi depan dan samping bangunan.
- GSB untuk struktur yang terletak dengan sungai yaitu 10 meter dari bibir sungai.
Tips penting yang perlu Anda lakukan adalah memberikan tambahan 1 meter dari acuan tersebut supaya Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) lebih mudah diperoleh.
Sekian penjelasan mengenai garis sempadan bangunan dan cara menghitung garis sempadan bangunan dengan tepat. Pemahaman mengenai konsep ini merupakan modal penting untuk mendirikan bangunan yang harmonis secara sosial dan secara hukum karena menghindarkan Anda dari segala macam sanksi yang memberatkan.
Namun, untuk mendukung pendirian bangunan yang harmonis, termasuk rumah tinggal diperlukan material yang berkualitas, terutama semen sebagai komponen yang banyak digunakan dalam proyek konstruksi. Tak perlu bimbang, percayakan saja pada Semen Merah Putih.
Salah satu produk Semen Merah Putih, yaitu Semen Merah Putih Watershield merupakan produk semen multiguna super premium yang dilengkapi dengan teknologi water repellent. Produk semen unggulan ini memberikan triple protection, berupa perlindungan terhadap rembesan air dari luar, dalam, dan tanah atau air kapiler.
Semen Merah Putih Watershield menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan semen biasa. Semua kebutuhan struktural maupun non-struktural, seperti acian, plester, pasangan bata, cor kolom, dan cor dak bisa ditangani dengan Semen Merah Putih Watershield.
Ingin mendapatkan informasi lengkap mengenai produk Semen Merah Putih yang sesuai? Jangan ragu hubungi kami segera untuk mendapatkan solusi konstruksi terbaik bagi proyek Anda.
Baca juga: Mengenal Izin Mendirikan Bangunan dan Perubahannya Menjadi PBG