Sebagian besar proyek konstruksi membutuhkan material berupa beton. Namun, kualitas beton yang digunakan tentu harus teruji, terlebih jika menyangkut proyek konstruksi dengan kebutuhan struktural khusus, seperti bangunan tahan gempa dan gedung bertingkat tinggi. Agar risiko kerusakan bisa diminimalkan, proses uji beton perlu dilakukan untuk memastikan spesifikasinya sesuai dengan kebutuhan proyek.
Uji beton umumnya menjadi prosedur wajib pada proyek konstruksi berskala menengah hingga besar, seperti pembangunan apartemen, jembatan, bendungan, terowongan, dan bandara. Upaya pengujian ini termasuk dalam quality control yang sangat berpengaruh pada keselamatan kerja dan keberlangsungan bangunan.
Artikel ini akan memaparkan penjelasan seputar jenis pengujian beton hingga faktor yang memengaruhi kekuatan beton. Untuk itu, sebelum menjalankan proyek, simak penjelasan berikut ini, ya!
Jenis-Jenis Teknik Pengujian Beton
Faktanya, pengujian beton dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Berikut ini adalah beberapa jenis teknik uji beton yang bisa Anda lakukan:
1. Uji Kuat Tekan (Compression Test)
Jenis pengujian beton pertama adalah uji tekan, yang dilakukan dengan mengukur kekuatan beton dalam menahan beban tekan. Prosedurnya berlangsung di laboratorium dengan menggunakan mesin compressor.
Caranya adalah dengan memberikan tekanan secara bertahap pada sampel beton silinder sampai hancur. Lakukan uji kuat tekan beberapa kali dalam kurun waktu tertentu untuk memperoleh hasil yang akurat.
2. Uji Tarik (Tensile Test)
Berkebalikan dengan uji kuat tekan, jenis pengujian beton ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan beton dalam menahan gaya tarik. Terdapat tiga metode dalam uji tarik, yakni uji kuat tarik langsung, uji kuat tarik belah (split cylinder test), dan uji lentur (modulus of rupture test).
Perlu Anda ketahui bahwa sebenarnya beton sangat kuat dalam menahan tekanan (kompresi), tapi lemah dalam menahan gaya tarik. Biasanya kuat tarik hanya berkisar 15-20% dari kuat tekan.
3. Slump Test
Slump test adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam beton. Melalui slump test, viskositas (kekentalan) campuran beton bisa dideteksi untuk memastikan kesesuaiannya dengan standar atau spesifikasi teknis dalam proyek konstruksi.
Teknik uji beton ini dilakukan menggunakan kerucut abram (slump cone). Hasilnya terbagi menjadi tiga, yaitu true slump sebagai hasil yang valid, shear slump yang menunjukkan bahwa campuran tidak seragam/merata, dan collapse slump yang menunjukkan bahwa campuran beton terlalu encer.
4. Core Drill
Jenis pengujian beton ini menggunakan alat core drill untuk mengambil sampel inti yang sudah jadi. Lalu, sampel akan diuji dengan crushing test di laboratorium beton. Pengambilan sampel dari struktur yang sudah jadi sebenarnya menjadi keuntungan sekaligus mendatangkan risiko.
Keuntungannya, hasil pengujian ini bisa memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi karena memang mengambil bahan yang sudah jadi di lapangan. Namun, pengambilan sampel bisa berisiko karena rawan mengenai tulangan beton dan membahayakan struktur bangunan.
5. Hammer Test
Hammer test dijalankan menggunakan alat uji beton bersama schmidt hammer atau rebound hammer. Teknik uji beton ini bertujuan untuk menguji kekuatan dan tegangan karakteristik beton, tanpa melakukan prosedur pengrusakan atau penghancuran.
Mekanisme kerja hammer test adalah dengan memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan beton. Pada umumnya, hammer test menargetkan 20 titik pada bagian kolom, balok, atau plat lantai.
Hasil pengujian hammer test dihitung menggunakan standar deviasi untuk mengetahui kekuatan beton dan memastikan apakah mutunya sudah memenuhi standar yang ditetapkan.
6. UPVT (Ultrasonic Pulse Velocity Test)
Sama seperti hammer test, UPVT termasuk pengujian non-destruktif atau tidak melibatkan mekanisme penghancuran. Bedanya, uji beton ini dilakukan dengan merambatkan gelombang ultrasonik pada beton, lalu mengukur kecepatannya untuk mengetahui kualitas beton.
Pada umumnya, UPVT dijalankan menggunakan alat uji beton bernama PUNDIT (Portable Unit Non Destructive Indicator Tester). Proses pengujian beton dengan UPVT relatif mudah dan cepat karena tidak perlu merusak struktur, tetapi tingkat akurasinya terhitung tinggi.
7. Uji Ketahanan terhadap Tekanan Air (Water Permeability)
Uji beton ini sangat penting dijalankan pada struktur bangunan yang berinteraksi langsung dengan air, seperti kolam renang dan jembatan. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan beton dalam menahan penetrasi air serta melihat durabilitas (daya tahan) beton terhadap kerusakan akibat air dalam jangka panjang.
Mekanisme pengujian ini dilakukan dengan memberikan tekanan air secara konstan ke permukaan beton dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya, beton dibelah dan dilakukan pemeriksaan seberapa dalam air mampu menembus ke dalam struktur beton.
Fungsi Uji Beton
Pengujian beton umumnya menjadi prosedur wajib dalam banyak proyek konstruksi. Sebab, uji beton mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Mengetahui Kekuatan dan Keandalan Struktur
Berbagai teknik uji beton, baik uji destruktif maupun non-destruktif berperan penting untuk memastikan bahwa beton benar-benar memenuhi standar kekuatan dan keandalan yang telah ditetapkan dalam industri.
Hasil uji beton bisa menjadi bahan evaluasi, apakah struktur masih layak digunakan, perlu diperbaiki, atau bahkan diganti. Hal ini untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur yang berpotensi membahayakan.
2. Menghindari Rework & Kerugian Biaya Operasional
Dengan melakukan teknik pengujian seperti uji kuat tekan, slump test, atau UPVT, kualitas dan kekuatan beton bisa dideteksi sejak awal. Jadi, bila beton dianggap tidak memenuhi standar, maka bisa segera dilakukan upaya penanganan sebelum melanjutkan ke proses berikutnya.
Jika proyek pembangunan sudah berjalan cukup jauh dan ternyata struktur dibangun dengan beton yang cacat, bayangkan saja berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengulanginya.
Oleh karena itu, uji beton sangat penting dilakukan untuk menghindari rework (pengerjaan ulang) yang bisa membuat biaya operasional membengkak.
3. Menjaga Keselamatan Pekerja
Jika dua fungsi di atas berkaitan dengan struktur bangunan dan komponen teknis, berbeda dengan fungsi satu ini yang lebih berkaitan dengan sumber daya manusia dalam sebuah proyek. Hal ini merupakan concern utama dari penerapan sistem K3 di bidang konstruksi.
Pada dasarnya, beton harus dipastikan kekuatannya agar bangunan kokoh sehingga keselamatan pekerja tidak menjadi taruhannya. Ingat, indikator keberhasilan proyek konstruksi bukan hanya pada sisi estetika, tapi juga keselamatan individu yang terlibat di dalamnya.
Baca juga: Contoh Cara Menghitung Biaya Cor Jalan, Lengkap dan Mudah!
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kekuatan Beton
Setelah dilakukan uji beton, biasanya hasil yang didapatkan relatif beragam. Adapun sejumlah faktor yang memengaruhi kekuatan beton, di antaranya:
- Komposisi campuran: Untuk membuat beton yang kuat, bukan hanya perbandingan semen dan pasir saja yang harus tepat, tapi juga komposisi batu split yang digunakan. Pada umumnya, perbandingan semen, pasir, dan batu split adalah 1:2:3.
- Kondisi lingkungan: Reaksi kimia, kelembapan, suhu, dan durabilitas beton sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk memilih material yang sesuai dengan lingkungan atau memberikan perlindungan tambahan pada beton yang ditempatkan di lingkungan ekstrem.
- Proses pencampuran dan pemadatan: Beton yang kuat membutuhkan proses pencampuran yang merata dan teknik pemadatan yang benar. Jika tidak, beton yang dihasilkan cenderung lemah dan mudah keropos.
Baca juga: Contoh Cara Menghitung Biaya Cor Jalan, Lengkap dan Mudah!
Demikian penjabaran tentang uji beton sebagai langkah penting untuk mengupayakan ketahanan bangunan dalam jangka panjang. Pada dasarnya, pengujian ini bukan hanya berkaitan dengan hal-hal teknis, tapi juga menjadi upaya untuk mencapai efisiensi waktu.
Selain melakukan langkah pengujian, Anda juga perlu memilih material bangunan berkualitas dan dapat memudahkan segala tahap proyek konstruksi, misalnya dengan menggunakan produk beton unggulan dari Semen Merah Putih.
Lewat salah satu anak usahanya, Merah Putih Beton, Semen Merah Putih memasok produk beton inovatif siap pakai yang dirancang untuk beragam aplikasi unik dan kuat dengan produk unggulannya, seperti Beton Siap Pakai dan Beton Pracetak.
Sebagai salah satu produk dari Merah Putih Beton, Beton Precast atau Beton Pracetak mempunyai standar mutu yang tinggi karena diproduksi menggunakan mesin pracetak modern. Ada berbagai bentuk, jenis, dan ukuran Beton Precast dengan harga kompetitif yang dapat dikirim tepat waktu.
Jika Anda masih bingung memilih jenis beton bermutu tinggi dan sesuai untuk proyek Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tim kami. Hubungi kami sekarang juga untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai semua produk Semen Merah Putih yang paling cocok untuk mendukung proyek konstruksi Anda.
Baca juga: 3 Keuntungan Menggunakan Beton Pracetak