tips-dan-trik
30 Oktober 2025
Ditulis Oleh Semen Merah Putih

Ramai Soal Gen Z Tidak Mau Beli Rumah, Apa Alasannya?

Gen Z Tidak Mau Beli Rumah

Dewasa ini, punya rumah sendiri masih terasa seperti mimpi jauh bagi sebagian besar gen Z. di tengah gempuran pembahasan mengenai financial freedom dan tips investasi di media sosial, realita di lapangan justru menunjukkan hal sebaliknya, harga properti yang terus naik, gaji yang stagnan, hingga biaya hidup yang tinggi. 

Terdapat banyak penelitian yang menunjukkan bahwa gen Z tidak mampu beli rumah. Sebenarnya, tidak mampu atau tidak mau? Ada berbagai faktor yang memengaruhi problem kepemilikan rumah, mulai dari pergeseran lifestyle hingga pandangan gen Z terhadap value properti.

Trend Kenaikan Harga Rumah

Sebenarnya, masalah kepemilikan rumah bagi gen Z dipicu oleh ketidakmauan atau ketidakmampuan? Realita yang terjadi sekarang, kenaikan harga rumah tidak sebanding atau lebih cepat dibandingkan dengan penghasilan kantoran.

Jadi, bisa dibilang bahwa kesulitan untuk membeli rumah bagi gen Z lebih tinggi dibandingkan dengan generasi boomer. 

Namun, di sisi lain, jika mengulik lebih dalam melalui kacamata gen Z yang mempunyai pemahaman terhadap realitas kehidupan sehari-hari dengan lebih dinamis, porsi ‘tidak mau’ untuk membeli rumah lebih besar daripada ‘tidak mampu’

Mengapa hal ini bisa terjadi? Pertama, tren harga rumah di Indonesia secara umum masih naik secara moderat. Bahkan, diprediksi harga rumah akan semakin melesat. Menurut data Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tercatat pada kuartal 202 di angka 110,13, meningkat sekitar 0,9% dibanding tahun sebelumnya.

Dikarenakan harga yang terus naik dan penghasilan relatif terbatas atau stagnan, banyak gen Z memilih opsi alternatif, seperti menyebar atau rent-to-own daripada membeli rumah secara langsung.

Pergeseran Lifestyle dan Efeknya Terhadap Kepemilikan Rumah pada Gen Z

Gen Z tumbuh di era yang serba digital, cepat berubah, dan penuh kebebasan pilihan. Dari cara mereka bekerja, berbelanja, hingga memandang makna “rumah”, semuanya menunjukkan pergeseran besar dibanding generasi sebelumnya.

Kalau dulu punya rumah dianggap simbol stabilitas dan kesuksesan, bagi banyak Gen Z hal itu nggak lagi jadi prioritas utama. Kenapa bisa begitu?

Bagi Gen Z, rumah bukan satu-satunya bentuk “kemapanan”. Mereka cenderung menilai keberhasilan dari kebebasan finansial dan pengalaman hidup, seperti traveling, kuliner, pendidikan, atau membangun bisnis.

Banyak Gen Z lebih memilih fleksibilitas dibanding komitmen jangka panjang seperti cicilan 20 tahun. Bagi sebagian orang, pengalaman, seperti traveling atau membangun bisnis, terasa lebih berharga daripada mengikat diri pada rumah tetap.

Kendala lain datang dari sisi sistem keuangan. Proses KPR sering kali dianggap rumit dan panjang, sementara skor kredit rendah atau belum terbentuk membuat banyak Gen Z sulit mendapat persetujuan pinjaman.

Pergeseran lifestyle juga dipicu oleh munculnya tren remote working dan digital nomad. Banyak Gen Z yang bisa bekerja dari mana saja, tanpa harus terikat kantor di kota besar. Akibatnya, mereka lebih memilih menyewa apartemen, co-living space, atau bahkan tinggal berpindah-pindah kota tergantung kebutuhan kerja.

Apakah Punya Rumah Masih Relevan untuk Gen Z?

Selain faktor ekonomi dan gaya hidup, budaya di Indonesia juga berperan besar dalam memengaruhi kemampuan Gen Z untuk membeli rumah. Salah satu contohnya adalah fenomena sandwich generation, yaitu kondisi ketika seseorang harus menanggung kebutuhan finansial dua generasi sekaligus, orang tua dan anak, atau bahkan adik-adiknya.

Banyak Gen Z yang saat ini berada pada posisi tersebut. Alih-alih menabung untuk uang muka rumah, sebagian pendapatan mereka justru dialokasikan untuk membantu keuangan keluarga, seperti biaya pendidikan saudara, kebutuhan rumah tangga orang tua, atau cicilan bersama.

Meski banyak yang belum sanggup membeli rumah secara konvensional, bukan berarti Gen Z kehilangan minat sama sekali. Mereka hanya mencari cara lain. 

Bagi sebagian Gen Z, punya rumah tetap jadi impian jangka panjang. Hal ini bukan karena gengsi melainkan keinginan untuk punya ruang aman dan stabil di masa depan. Namun, bagi yang lain, rumah bukan prioritas utama.

Melihat berbagai faktor di atas, persoalan kepemilikan rumah bagi generasi Z tidak dapat disederhanakan menjadi sekadar mampu atau tidak mampu. Terdapat perubahan nilai, gaya hidup, serta strategi finansial yang memengaruhi cara pandang mereka terhadap arti memiliki hunian.

Namun, di tengah dinamika tersebut, penting bagi generasi muda untuk terus memahami tren dan peluang di dunia properti agar dapat menyesuaikan langkah dengan kondisi yang ada.

Untuk pembahasan yang lebih mendalam mengenai isu ini, mulai dari tren harga rumah, perubahan perilaku konsumen muda, hingga perspektif industri konstruksi, Anda dapat menyimak podcast Ruang Ratih by Semen Merah Putih.

Melalui obrolan bersama para ahli dan praktisi, podcast ini menghadirkan wawasan baru seputar dunia hunian, pembangunan, serta cara generasi masa kini membentuk makna “rumah” yang relevan dengan zamannya.

Dalam podcast ini, Ratih hadir sebagai Nona Rumah yang akan memandu perbincangan menarik bersama para narasumber terpercaya dari berbagai bidang.

Pastikan Anda sudah berlangganan kanal YouTube Semen Merah Putih dan menyalakan notifikasi, agar selalu mendapatkan pembaruan episode terbaru.

Subscribe, like, dan tulis pendapatmu di kolom komentar dan dapatkan kesempatan menang e-wallet total Rp. 1 juta. Anda #TimBeliRumah atau #TimNgekosAja?

Bagikan
X

Artikel Terkait