Fondasi jembatan merupakan salah satu struktur penting dalam pembangunan jembatan. Perlu diketahui, terdapat beberapa jenis fondasi jembatan yang biasa digunakan. Masing-masing jenis tersebut memiliki kegunaan dan ketentuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, fondasi spread footing hanya bisa digunakan di beberapa jenis tanah saja.
Pada umumnya, pembangunan jembatan akan menggunakan beton pracetak agar kegiatannya bisa berlangsung lebih cepat. Beton pracetak sendiri merupakan salah satu ragam beton yang sering digunakan di proyek konstruksi karena lebih praktis. Bagi Anda yang masih belum mengetahui tentang raga konstruksi dan jenis fondasi jembatan, simak artikel ini sampai habis.
Jenis Fondasi Jembatan
Bagi Anda yang memiliki pertanyaan tentang apa fungsi fondasi jembatan, maka jawabannya adalah fondasi jembatan berfungsi sebagai penopang beban dari jembatan. Pada dasarnya, terdapat dua jenis fondasi jembatan, yakni fondasi dangkal dan fondasi dalam.
Fondasi dangkal mengandalkan tanah sebagai daya dukung terbesar guna menopang beban dari jembatan. Sedangkan untuk fondasi dalam, struktur fondasi jembatan akan ditanam ke dalam tanah. fondasi jenis ini mengandalkan gesekan pada kedalaman fondasi untuk menopang beban.
Berdasarkan kedua jenis fondasi jembatan tersebut, terdapat beberapa jenis fondasi lainnya yang sering digunakan di proyek pembangunan jembatan. Adapun beberapa jenis fondasi jembatan yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.
1. Spread Footing
Spread footing termasuk ke dalam fondasi dangkal. Jenis fondasi yang satu ini terdiri dari dua komponen, yakni footing dan stem. Beban jembatan akan bertumpu secara langsung ke stem yang dibuat dari beton. Stem tersebut akan menyalurkan beban ke footing. Footing sendiri mampu menyebarkan beban jembatan tersebut ke area yang luas.
Perlu diketahui, fondasi ini tidak dapat digunakan di semua jenis tanah. Selain itu, pengerjaan cor beton pada spread footing perlu disiapkan secara manual karena volume beton yang diperlukan sangat besar. Meski begitu, masih terdapat beberapa kelebihan dari jenis fondasi ini, seperti lebih tahan lama karena beban jembatan dapat didistribusikan secara merata.
2. Raft Foundation
Raft foundation merupakan fondasi yang dapat digunakan di daerah dengan daya dukung tanah rendah. Sering kali, fondasi jembatan ini digunakan pada area dengan tanah liat lunak, lumpur, dan tanah keras tidak tersedia pada kedalaman tanah yang tertentu. Selain itu, fondasi jenis ini juga sering digunakan pada proyek pembangunan jembatan yang memiliki beban tinggi.
3. Driven Piles
Selanjutnya ada driven piles atau fondasi tiang pancang. Fondasi yang satu ini termasuk ke dalam fondasi dalam. Fondasi tiang pancang menggunakan tiang pancang yang ditanam di dalam tanah sehingga dapat menopang beban dari jembatan. Tiang pancang sendiri bisa terbuat dari baja, beton, maupun kayu.
Salah satu kelebihan dari fondasi jenis ini adalah dapat digunakan di berbagai kondisi tanah. Selain itu, fondasi ini juga hemat biaya. Namun, proses pemasangan tiang pancang sering kali mengganggu masyarakat di sekitar area proyek karena suara dan getaran yang dihasilkan terbilang tinggi.
4. Drilled Shaft
Jenis fondasi selanjutnya adalah drilled shaft. Termasuk fondasi dalam, proses pembuatan fondasi ini akan dilakukan pengeboran lubang ke dalam tanah kemudian akan diisi dengan beton dan tulangan. Shaft yang ditanam pada fondasi ini dapat mencapai lapisan batuan dasar yang dapat memberikan daya dukung yang tinggi.
Kelebihan dari fondasi ini adalah memiliki daya tahan lateral dan aksial yang tinggi. Namun, biaya yang diperlukan untuk menerapkan jenis fondasi ini terbilang tinggi.
Jenis Konstruksi Jembatan
Selain fondasi, sebuah jembatan dapat dibedakan berdasarkan konstruksi yang digunakan. Adapun beberapa jenis konstruksi jembatan yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.
1. Truss Bridge
Jenis konstruksi jembatan yang pertama adalah truss bridge. Jembatan ini menggunakan kerangka berbentuk triangular. Kerangka tersebut dapat membuat jembatan semakin kokoh dan dapat menyebarkan beban secara merata ke seluruh struktur sehingga jembatan tidak akan mudah roboh karena terdapat satu area yang menahan beban berlebih.
2. Beam Bridge
Jenis selanjutnya adalah beam bridge atau sering disebut sebagai jembatan girder. Jembatan ini menggunakan girder beton sebagai material utamanya. Biasanya, jembatan ini memiliki bentuk horizontal dengan tiang pancang pada posisi vertikal sebagai penahan bebannya.
Jembatan girder atau beam bridge sering kali digunakan untuk menghubungkan dua area dengan jarak yang tidak terlalu jauh, misal untuk menghubungkan dua area yang dipisahkan oleh sungai.
3. Arch Bridge
Sama seperti namanya, arch bridge memiliki bentuk yang melengkung seperti busur panah. Perlu diketahui, arch bridge merupakan jenis struktur yang hemat material. Meski begitu, jenis struktur ini memiliki daya tahan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan beam bridge maupun truss bridge.
Pada zaman dulu, jembatan jenis ini terbuat dari material sederhana, seperti batu bata dan besi tempa. Namun, di zaman sekarang arch bridge dibuat dari beton pratekan dan baja sehingga memungkinkan untuk membangun jembatan jenis ini menjadi lebih panjang.
Perlu diketahui, jembatan jenis ini sangat cocok digunakan di daerah yang memiliki tanah keras karena dapat menjadi tumpuan fondasi jembatan yang baik.
4. Cable Stayed Bridge
Cable stayed bridge biasanya sering digunakan di daerah rawan gempa karena memiliki titik pusat massa rendah. Konstruksi jembatan ini mengandalkan kabel baja sebagai penopang beban dari jembatan. Pada umumnya, cable stayed bridge memiliki panjang mulai dari 100 meter hingga 600 meter.
Kabel yang digunakan dalam jembatan ini akan dipasang pada tower yang terdapat di pilar-pilar jembatan. Perlu diketahui, meski jembatan ini mampu menahan gaya tarik aksial, tapi jembatan ini lemah terhadap gaya yang ditimbulkan oleh angin.
5. Suspension Bridge
Sama seperti cable stayed bridge, pada suspension bridge beban jembatan akan ditopang oleh kabel baja. Perbedaannya, pada cable stayed bridge kabel baja tersebut akan disambungkan ke tower, sedangkan pada suspension bridge tidak.
Maka dari itu, suspension bridge dapat bergoyang dengan mudah apabila terkena angin kencang atau dilewati dengan beban yang tinggi. Jadi, jembatan ini tidak dapat menahan beban berat dan tidak dapat digunakan dilalui ketika cuaca buruk. Kelebihan dari jenis konstruksi ini adalah dapat dibangun dengan bentangan yang panjang hingga 1400 meter.
Itulah beberapa informasi mengenai raga konstruksi dan jenis fondasi jembatan yang perlu Anda ketahui. Pada pembangunan jembatan, beton precast sering kali digunakan karena lebih praktis dan efisien. Bagi Anda yang sedang mencari beton precast untuk pembangunan jembatan atau proyek konstruksi lainnya, Anda bisa mengandalkan produk beton precast dari Merah Putih Beton.
Ada banyak jenis beton precast yang disediakan Merah Putih Beton, salah satunya adalah PC-I Girder. PC-I Girder dari Semen Merah Putih memiliki kualitas beton K550-K800 berdasarkan hasil cube test. Untuk spesifikasinya sendiri, PC-I Girder ini memiliki panjang 10-5- meter dengan beberapa jenis pilihan tinggi, yakni 0,9 m, 1,25 m, 1,6 m, 2,1 m, dan 2,3 m.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar produk Semen Merah Putih lainnya, jangan ragu untuk langsung menghubungi kami. Bersama Semen Merah Putih, jadikan bangunan Anda semakin kokoh dan tahan lama.